Minggu, 10 April 2016

Suplly Chain Management

Intro to Supply Chain Management


By Nanang Ibnu Aziz
NIM : 243315043
D III STMT Trisakti






Sejarah

Manajemen rantai pasokan dulunya berawal dari urusan logistik militer, sangat berperan dalam menentukan kemenangan perang, terutama pada perang dunia kedua.
Ketika jaman perang sudah lewat, teknik logistik ini sangat terpakai pada urusan pengiriman barang. Di sini terjadi kerjasama antara perusahaan pengiriman dengan gudang dan pengaturannya mulai dilakukan oleh pihak ketiga.
Perkembangan selanjutnya, pada era globalisasi mulai banyak perusahaan yang mencari cara bagaimana menurunkan biaya produksi. Banyak perusahaan multinasional memindahkan pabrik ke negara-negara dengan upah buruh murah. Indonesia dan beberapa kawasan di Asia adalah contohnya. 
Di sini terlihat bahwa logistik memegang peranan yang lebih penting lagi.
Perkembangan ilmu logistik menjadi lebih hebat lagi ketika munculnya teknologi informasi pada tahun 1980-an. Banyak faktor seperti makin murahnya komputer, makin cepatnya komputer, makin luasnya adopsi internet, bandwidth yang makin murah, membuat orang makin mudah berkomunikasi dan berkolaborasi dengan cara yang semakin efisien. Penerapan teknologi informasi yang semakin meluas ini menekan kesalahan manusia, menekan biaya produksi, meningkatkan kualitas sampai pada tingkatan yang luar biasa.
Ilmu logistik akhirnya berkembang menjadi satu mata rantai pasokan, dengan pendekatan secara /sistem yang integral, yang meliput :
·         Gudang Penyimpanan
·         Transporasi
·         Inventory
·         Pemesanan Barang
·         Jumlah Barang
Kelima komponen tadi harus dioptimalkan secara keseluruhan. Optimalisasi secara individual tidak disarankan karena bisa membuat sistem secara keseluruhan menjadi tidak optimal (atau mahal). Misalnya untuk menekan biaya produksi kita coba pindahkan gudang penyimpanan ke tempat lain yang lebih murah. Tapi mungkin ini akan berakibat ongkos transport yang lebih mahal, dan sebagainya.

Dengan kata lain
·         Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
·         Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti jasa logistik.

Pandangan Tradisional : Logistik pada Perusahaan Manufaktur

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam komponen manufaktur diperoleh dari :
v  Biaya logistik sebesar 21%
v  Biaya Pemasaran sebesar 27%
v  Biaya Manufaktur sebesar 48%
v  Profit 4%

u  Profit                                             10%
 Supply Chain Cost                       20%
 Marketing Cost                              25%
 Manufacturing Cost                      45%


Ada 3 macam hal yang harus dikelola dalam supply chain yaitu aliran material, informasi dan keuangan.



Membangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan

Untuk membangun suatu sistem manajemen rantai pasokan yang optimal, kita harus perhatikan lima hal dasar sebagai-berikut :
1.      Perencanaan – ini merupakan proses awal yang strategis, harus dipikirkan mulai dari awal bagaimana membuat suatu tolok ukur untuk menentukan tingkat efisiensi, harga, kualitas, dan nilai pada pelanggan
2.      Pemasokan – pilihlah pemasok-pemasok yang paling baik, dan tentukan tolok ukur untuk menjaga kualitas, komitmen, penerimaan barang, pemeriksaan, pemindahan ke pabrik, serta pembayaran
3.      Pembuatan – yang ini merupakan langkah pabrikasi, tentukan langkah2 yang diperlukan untuk pembuatan, pemeriksaan, pemaketan, dan persiapan pengiriman. Tentukan tolok ukur yang jelas tentang tingkat kualitas, tingkat produksi, dan produktivitas karyawan
4.      Pengantaran – bagian ini disebut juga logistik. Atur penerimaan pesanan dari pelanggan, buat jaringan pergudangan, pilih ekspedisi pengiriman barang ke arah pelanggan, dan juga masalah pembayaran
5.      Pengembalian – bagian ini menangani masalah pengembalian barang cacat atau produksi berlebih dari pelanggan

Komponen Supply Chain Management

1.      Upstream Supply ChainMeliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurnya dan koneksi mereka kepada para penyalur mereka. Aktivitas utama adalah pengadaan.

2.      Internal Supply Chain
Meliputi semua proses in house yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. 
Aktifitas utama adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.

3.      Downstream Supply Chain
Meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. 
Aktifitas diarahkan pada distribusi, transportasi pergudangan dan after-sale service.


Area Cakupan Suplly Chain Management

Apabila mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan-keiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah :
v  Merancang produk baru (product development )
v  Mendapatkan bahan baku (procurement)
v  Merencanakan produksi dan persediaan (planning and control )
v  Melakukan produksi ( production )
v  Melakukan pengiriman ( distribution )
v  Masalah yang dihadapi SCM
v  Rantai pasokan bisa sangat panjang karena melibatkan banyak mitra internal dan eksternal yang terletak di tempat yang berbeda.
v  Bahan dan informasi harus mengalir di antara beberapa entitas, proses transfer ini  bisa lambat dan rawan kesalahan terutama ketika ditangani secara manual.
v  Perusahaan dapat meningkatkan peramalan permintaan mereka dengan menggunakan TI

Kurangnya infrastruktur logistik memperburuk ketidakpastian yang ada waktu pengiriman
Masalah kualitas dengan bahan dan komponen dapat berkontribusi untuk kekurangan dalam rantai pasokan
Perusahaan EC murni cenderung memiliki lebih banyak masalah rantai pasokan karena mereka tidak memiliki infrastruktur logistik dan terpaksa menggunakan jasa logistik eksternal.
                                                                    

Solusi pada Suplly Chain Management

v  Melakukan "outsourcing" (dengan menggunakan sumber dari pihak luar) daripada dilakukan sendiri selama ada permintaan yang meningkat.
v  Menciptakan “strategic partnership” dengan supplier.
v  Menggunakan pendekatan “just in time” dalam melakukan pembelian, yang mana supplier mengirimkan material yang dibutuhkan dalam jumlah kecil.
v  Menggunakan supplier seminimum mungkin.
v  Memperbaiki hubungan antara supplier dan buyer.
v  Melakukan proses produksi setelah ada order.


Manfaat Suplly Chain Management

Manfaat secara tidak langsung :
v  Kepuasan pelanggan. Konsumen merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Kepuasan konsumen berampak pada loyalitas konsumen.
v  Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan. 
v  Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi. 
v  Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan SCM. 
v  Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan.
v  Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat. 

Manfaat langsung dari penerapan SCM bagi perusahaan adalah : 
v  SCM secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir. 
v  SCM berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Melalui pelaksanaan SCM, pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang diminati konsumen, mengidentifikasi seluruh atribut produk yang diharapkan konsumen  dan mengkomunikasikan kepada perancang produk. 


Kunci sukses Suplly Chain Management

Menurut Turban et al., (2008) kesuksesan suatu e-SCM tergantung pada:
·         Kemampuan semua mitra rantai pasokan untuk melihat mitra kolaborasi sebagai aset strategis.
·         Strategi rantai pasokan yang didefinikan dengan baik
·         Visibilitas informasi sepanjang seluruh rantai pasokan
·         Kecepatan, biaya, kualitas, dan layanan konsumen
·         Mengintegrasikan rantai pasokan yang lebih erat              

Semoga bermanfaat ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar